Home / KABAR NASIONAL / Ternyata Desa Ini Pusat Megalitik Pasemah 

Ternyata Desa Ini Pusat Megalitik Pasemah 

 

Laporan : Ivi Hamzah

LAHAT, gemasriwijaya.net – Kekayaan alam dan budaya Pasemah tidak diragukan lagi, bahkan sebelum Pemerintah Hindia Belanda berhasil menguasai dan menduduki Pasemah pada tahun 1866, Ullman pada tahun 1849 telah menjelajah situs megalitik yang saat ini dikenal sebagai Situs Megalitik Tinggi Hari, seperti yang dilaporkan dalam artikelnya Hindoe belden in de bovenladen van Palembang. Pada tahun 1872 oleh E.P.Tombrink dalam tulisannya Hindoe Monumenten in de bovenladen van Palembang, kemudian Van der Hoop dalam bukunya Megalithic Remains in South Sumatera tahun 1932, selanjutnya tahun 1934 ada H.W.Vonk dengan tulisannya berjudul Batoe Tatahan bij Air Poear. Kemudian masih ada lagi C.W.Schuler, Frederic Martin Schnitger dengan bukunya berjudul The Forgotten Kingdoms in Sumatra, Von Heine Geldern, dan Van Heekeren.
Mereka melakukan penelitian karena peninggalan megalitik di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan, merupakan warisan budaya dan peradaban manusia yang sangat penting. Kabupaten Lahat telah menjadi pusat peradaban budaya megalitik terbesar di Indonesia yang dibuktikan dengan adanya temuan peninggalan masa prasejarah berupa megalitik. Sangat wajar istilah “Negeri Seribu Megalitik” melekat pada Kabupaten Lahat. Pada tahun 2012 dikukuhkan oleh MURI (Museum Rekor Indonesia), Kabupaten Lahat sebagai Pemilik Situs Megalitik Terbanyak se Indonesia. Dan megalitik Kabupaten Lahat juga merupakan “Megalitik Terbaik di Indonesia” seperti ditulis oleh Lonely Planet dalam bukunya berjudul Indonesia, menyebutkan “The Pasemah carving are considered to be the best example of prehistoric stone sculpture in Indonesia. The best examples of this type are at a site called Tinggi Hari, 20 km from Lahat, west of the small river town of Pulau Pinang” (Pahatan Pasemah dianggap sebagai contoh terbaik dari arca batu prasejarah di Indonesia. Contoh terbaik dari jenis ini adalah di situs yang disebut Tinggi Hari, 20 km dari Lahat, di sebelah Barat sungai kota kecil Pulau Pinang). Dari kedua pernyataan tersebut dan dibuktikan dengan keberadaan situs megalitik di Kabupaten Lahat makin mengukuhkan Kabupaten Lahat sebagai Negeri Seribu Megalitik.

Kehidupan masa prasejarah telah berkembang di Kabupaten Lahat ribuan tahun lalu dengan peninggalan yang masih terlihat hingga kini. Peninggalan prasejarah merupakan periode kehidupan umat manusia yang mempunyai nilai budaya sangat tinggi. Peninggalan megalitik di Kabupaten Lahat muncul dalam bentuk yang begitu unik, dinamis, atraktif, langka dan mengandung unsur kemegahan serta bentuknya yang monumental, yang tidak ditemukan di belahan dunia manapun.
Peninggalan megalitik merupakan suatu warisan nenek moyang yang tidak hanya diwariskan budaya material yang begitu menakjubkan. Akan tetapi tersimpan nilai-nilai yang menjadi tanda bukti otentik dari aktifitas masyarakat yang bermukim di Kabupaten Lahat yang dapat dicontoh dan diteladani seperti kreatifitas, inovasi, kerja keras, disiplin dan kerjasama.

Megalitik Kabupaten Lahat yang sangat beragam dan merupakan ragam bentuk megalitik yang paling banyak di Indonesia juga sebaran situs megalitik yang paling banyak se Indonesia. Sebaran situs megalitik Kabupaten Lahat tersebar di 16 kecamatan dari 24 kecamatan yang ada di kabupaten Lahat, seperti di kecamatan Merapi Selatan, Merapi Barat, Lahat, Lahat Selatan, Pulau Pinang, Gumay Ulu, Pagar Gunung, Tanjung Tebat, Kota Agung, Mulak Ulu, Pajar Bulan, Jarai, Sukamerindu, Muara Payang, Tanjung Sakti Pumi dan Pseksu.
Salah satu desa di Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat yaitu Desa Pajar Bulan merupakan Pusat Megalitik Pasemah. Desa ini berada di antara Desa Sumur dan Desa Pulau Panggung di ketinggian 695 mdpl dengan sebaran peninggalan megalitik mencapai 497 buah yang terdiri dari 11 ragam bentuk yaitu : 1) Batu Gelang 5 buah, 2) Batu Berelief 1 buah, 3) Batu Datar 152 buah , 4) Tetralith 59 buah, 5) Menhir 3 buah, 6) Dolmen 115 buah, 7) Lesung Batu 33 buah, 8) Lumpang Batu 44 buah, 9) Monolith 79 buah, 10) Umpak Bangunan 2 buah, dan 11) Trilith 4 buah.

Seperti dikatakan Mario Andramartik stafsus Parekraf Bupati Lahat, bahwa Desa Pajar Bulan terletak 69 km dari pusat Kota Lahat, untuk menuju lokasi dari Kota Lahat menuju Kota Pagar Alam kemudian menyusuri jalan Pagar Alam – Kepahiang ke arah Jarai, dan setelah Hotel Darma Karya terdapat pertigaan di sebelah kanan jalan, lalu masuk ke jalan Sidik Adim yang merupakan jalan menuju wilayah kecamatan Pajar Bulan. Setelah Kantor Camat Pajar Bulan terdapat Desa Sumur dan tepat di perbatasan Desa Sumur dan Desa Pajar Bulan di sebelah kiri jalan terdapat kebun cabe, pepaya dan kopi, di belakang kebun ini terdapat tinggalan situs megalitik.
Kendaraan parkir di tepi jalan dan masuk jalan setapak sejauh 50 meter dengan kebun kopi di sebelah kanan dan kebun cabe di sebelah kiri lalu masuk ke kebun pepaya dan akan bertemu dengan 1 lumpang batu yang mempunyai lubang 5 . Lumpang batu yang mempunyai ukuran panjang 175 cm dan lebar 130 berada di ketinggian 695 mdpl. Kemudian jalan sejauh 100 meter ke arah utara dan akan bertemu dengan lumpang batu lubang 4 di antara pohon cabe dan pohon pepaya. Lumpang batu dengan tinggi nyaris sama dengan permukaan tanah sehingga kondisinya kurang baik. Dari lumpang batu ke-2 lalu berjalan ke lumpang batu ke-3 yang berjarak sekitar 8 meter. Lumpang batu ke-3 mempunyai 2 lubang dengan diameter kedua lubang nyaris sama 14 cm.
Selanjutnya berjalan ke arah utara masih di kebun pepaya kita akan menemukan deretan batu datar, dolmen dan batu gelang, ketika kita berada di tengah di antara deretan bebatuan ini kita seperti berada di tengah jalan menuju Gunung Dempo.

“Ya memang lokasi situs megalitik ini berada di bagian selatan Gunung Dempo dan Sungai Dendan di bagian barat. Sekitar 20 meter ke arah barat deretan dolmen terdapat satu lumpang batu berlubang 3 di perbatasan kebun pepaya dan kebun kopi,”terang penggiat wisata lahat ini.

Lumpang batu ke-4 di lokasi ini mempunyai diameter lubang 14 cm dan kedalaman lubang 18 cm selanjutnya berjarak 12 meter dari lumpang batu terdapat lesung batu yang mempunyai ukuran panjang 88 cm dan lebar 67 cm. Di Kebun pepaya dan kopi yang tepat berbatasan dengan Desa Sumur disebut masyarakat sebagai Danau Talang seperti yang disampaikan Makfus yang didampingi anaknya Yandi, akan tetapi saat ini Danau Talang telah kering.

“Ternyata di area ini yang dahulunya berupa persawahan, saat ini telah menjadi kebun pepaya terdapat sekitar 107 buah tinggalan megalitik berupa lumpang batu, lesung batu, dolmen, batu gelang dan tetralith,”imbuhnya.

Dari lokasi Danau Talang lanjutnya, menuju ke arah Desa Pajar Bulan tepatnya kami ke rumah Makfus yang berdampingan dengan rumah Amir Hamzah dan Sapta yang didampingi Yandi untuk melihat peninggalan megalitik di area perkampungan warga Desa Pajar Bulan. Dalam kunjungan ini Bupati Lahat Cik Ujang, SH melalui TBUPP Bidang Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif didampingi Herlianto Sapsidi melakukan pendataan situs megalitik di Desa Pajar Bulan. Dari pendataan di area perkampungan warga dan sekitarnya terutama di bagian barat perumahan warga terdapat 390 buah peninggalan megalitik sebanyak 11 ragam bentuk yang memanjang ke arah Desa Pulau Panggung. Sehingga total peninggalan megalitik di Desa Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat sebanyak 497 buah. Hal ini merupakan temuan terbanyak di satu desa sehingga Desa Pajar Bulan menjadi Pusat Megalitik Pasemah dan kemungkinan temuan ini juga menjadi rekor temuan megalitik terbanyak di satu desa di Indonesia.
Semoga dengan banyaknya temuan tersebut akan menggugah semua pihak untuk turut serta berpartisipasi dalam upaya pelestarian peninggalan leluhur nenek moyang kita apalagi dalam beberapa waktu terakhir ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia melalui Menteri Sandiaga Uno mengajak untuk pengembangan situs megalitik sebagai pariwisata berkelanjutan yang mempunyai potensi besar.

“Situs-situs megalitik adalah warisan budaya masa lalu yang memiliki potensi yang sangat besar, dan saya sudah melihat di beberapa tempat bisa menjadi objek wisata warisan budaya,” ujarnya.

Pernyataan menteri Sandiaga Uno ini dapat menjadi pintu masuk pengembangan megalitik menjadi destinasi wisata di Kabupaten Lahat bahkan Sumatera Selatan.

“Semoga kelak Situs Megalitik Pasemah (Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, Muara Enim) akan menjadi pusat kajian dan destinasi wisata megalitik unggulan di Indonesia, seperti Situs Megalitik Stonehenge di Inggris dan Easter Island di Chile, Amerika,”tutup Mario Andramartik, Juli 2023).

 

Editor : Riadi

Check Also

Matahati Sebut Kelompok Rentan dan Jurnalis dalam Pidato Penutup Debat, Pengamat: Pemimpin yang Paling Merangkul!

Author: SMSI   PALEMANG, GmS – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan nomor …