PALEMBANG, Ampera Sumsel – Sejumlah wartawan di Palembang, yang terdiri dari Tim advokasi AJI Palembang, cetak, online, maupun Elektronik gelar aksi solidaritas terkait penghinaan wartawan yang dilakukan Kapolresta Way Kanan, AKBP Budi Asrul Kurniawan. Bahkan penghinaan Kapolres turut menyulut wartawan di Kota Palembang. Polisi yang berpangkat melati dua itu menyamakan profesi yang pernah disandang orang tua Kapolri Jenderal Tito Karnavian (jurnalis) sebagai kotoran hewan.
Dengan membawa atribut seadanya dan bendera salah satu organisasi profesi wartawan, mereka (massa aksi wartawan) menggelar aksi dan berorasi di depan pintu masuk Mapolda Sumsel. Aksi solidaritas dengan didukung wartawan dari berbagai deksliputan hingga ke organisasi profesi turut hadir.
“Jurnalis adalah pekerjaan terpuji, oleh karena itu kami memilih profesi ini. Bahkan kita adalah mitra polisi juga dan bersama-sama saling menjaga kestabilan dan ketenangan masyarakat,” kata Tim Advokasi AJI Palembang, Muhammad Moeslim. Selasa (29/8/2017)
Bahkan sebelum aksi digelar para awak media pun masih sempat mengikuti pres release berita tangkapan pelaku pembunuhan terhadap korban Edwar Limba yang merupakan driver taksi online (go car). Disebutnya, ini adalah kasus heboh di Palembang yang sempat membuat masyarakat sangat terganggu.
Tentunya teman-teman memberikan ketenangan kepada masyarakat di sana kondisi sudah aman. Dan pastinya kepercayaan publik kepada Polri tetap kuat karena beragam prestasi ungkap kasus kita selalu update dan cepat di informasikan. Tetapi profesi mulia itu dihina pastinya kami dari AJI menyayangkan dan mengecamnya,” terangnya.
Sementara Koordinator Lapangan, Jian Pier Papin mengatakan aksi solidaritas yang dilakukan para awak media yang ada dikota Palembang itu adalah bentuk dari solidaritas sesama rekan satu profesi. “Untuk itu kami menuntut bapak Kapolri agar memberikan sanksi kepada Kapolres Way Kanan karena telah melecehkan dan menghina profesi wartawan dengan menyamakan profesi wartawan sebagai kotoran hewan,” katanya.
Dimana Ia menerangkan, bahwa media merupakan mitra dari semua kalangan termasuk Polri jadi tugas wartawan sangat mulia tidak pantas untuk dihina apalagi dilecehkan. “Kami juga berharap kejadian serupa tidak lagi terulang dimana pun apalagi penghinaan tersebut dilakukan oleh seorang Kapolres,” sesalnya.
Seperti sebelumnya diketahui, penghinaan terjadi saat kegiatan penertiban aksi antara massa pro dan kontra angkutan batubara di Kampung Negeri Baru, Kecamatan Blambangan Umbu, Waykanan, Minggu (27/8/2017). Dari rekaman yang beredar (viral) di awak media dan medsos, Budi mendiskreditkan media cetak. Dia menyebut, di era sekarang masyarakat lebih suka membuka situs media online ketimbang membaca media cetak. Apa lagi, media cetak di daerah.
“Kalau gua tuh udah enggak butuh sama wartawan jujur saja, yang baca koran hari ini itu siapa? Apalagi koran lu Lampung kelas cacingan gitu. Orang baca itu detik. Follower lu berapa? Lu mau tulis gua kaya apa pun silakan. Buktinya gua ditulis kayak gitu juga tidak ada yang lihat gua,” kata Budi dalam rekaman tersebut.
Tak sampai di situ, Budi juga menyatakan tidak membutuhkan publikasi media. Bahkan, dia menyatakan saat ini masyarakat lebih doyan menonton televisi yang menyajikan film layar lebar termasuk porno. “Lu bangun tidur bacanya apa? WA (Whatsapp) kan? Mana ada yang baca koran lagi sekarang, sudah tutup semua kok koran itu. Nonton tv (televisi) juga banyak yang nonton tv. Orang pada nonton HBO, nonton bokep. Ngapain nonton berita?,” ujarnya.
Terakhir, dalam video itu terdengar Budi menantang wartawan yang berada di lokasi untuk menyebarluaskan pernyataannya kepada seluruh wartawan. “Kasih tahu wartawan yang lain. Mau serang, serang gua lah, gua tunggu benar di sini,” tantangnya.
Laporan / Joda News
Editor Prima /Jon Heri