LAHAT, Ampera Sumsel – Sistem penilaian untuk mendapatkan piala Adipura telah berubah. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (Kadis LH) Kabupaten Lahat, Drs H Ali Afandi, M. Pd. Dia menyebut, kali ini, dalam pemberian penilaian Piala Adipura tidak lagi menggunakan sistem titik pantau, melainkan kategori dari kawasan dikunjungi oleh tim penilai.
“Apabila dulu, kita harus mendatangi satu persatu titik pantau, kini, mengalami perubahan, dimana, tim akan melihat dari segi kategori, baik itu, sarana umum, puskesmas, RSUD, sekolah, perkantoran, pemukiman warga, terminal, pasar dan tempat pembuangan akhir (TPA),” jelasnya, ditemui, disela-sela gotong royong, Kamis (9/2).
Khusus, sambung dia, untuk TPA, tim akan melihat dari dekat mekanisme pengolahan sampahnya, bukan sekedar membuang sisa-sisa makanan ataupun minuman saja.
“Nah kalau untuk TPA itu scoornya sangat tinggi, disinilah kita (lintas sektoral, red) akan berjuang membenahi segala sesuatunya, supaya pengolahan sampah semakin hari semakin baik dan Piala Adipura kembali digengam,” jelas H Ali Afandi.
Tinggal lagi, kata Ali, bagaimana partisipasi dari masyarakat, jajaran pegawai di perkantoran dan sekolah dalam menjaga kebersihan dengan memperhatikan setiap detail penilaian adipura.
“Memang mempertahankannya bukan perkara mudah, hanya saja, saling berkomunikasi dan koordinasi kunci bersama dalam mendedikasikan, sebagai bentuk wujud kepedulian akan lingkungan, paling penting tidak membuang sampah sembarangan,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 2 Lahat, Tri Turnadi SPd menyebutkan, dirinya bersam-sama dewan guru dan pengelola sekolah, siap menjalankan instruksi dalam menjaga kebersihan lingkungan, guna mempertahankan Piala Adipura. Jumat (10/02)
“Kami bersyukur, di SMAN 2 Lahat, kerapkali menjadi objek penilaian, dengan pengolahan sampah menjadi pupuk kompos serta kebersihan sekolah lainnya, kita akan dukung sepenuhnya, sehingga Kabupaten Lahat kembali mempertahankan Adipura di 2017 ini,” tandasnya.
(Prima)