LAHAT, Ampera Sumsel – Ditemukannya penyakit antraks pada hewan ternak sapi di salah satu provinsi di Indonesia, sehingga menyebabkan kematian terhadap hewan maupun pemiliknya, membuat Dinas Pertanian Kabupaten Lahat sigap untuk memeriksakan kesehatan hewan potong yang masuk dari kabupaten/kota ataupun provinsi tetangga.
Demikian disampaikan, Dinas Pertanian Lahat, Ir H Hafit Padli MM melalui Kepala Bidang (Kabid) Perternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan), Ir Nursiwan didampingi drh Hida.
“Untuk Lahat sendiri sejauh ini belum ditemukan penyakit antraks yang menyerang hewan ternak sapi maupun kambing yang masuk dari daerah lain,” katanya, ditemui, di ruang kerjanya, Kamis (2/2).
Ditanya tentang ciri-ciri hewan terkena antraks?”, Nursiwan membeberkan, awalnya hewan akan mengeluarkan darah dari pori-pori, nafas terengah-enggah karena demam tinggi, kalau sudah parah darah berwarna hitam.
“Penularannya, melalui makanan dengan mengkonsumsi daging, kontak fisik, ataupun spora yang hidup di tanah, terhirup melalui hidung,” papar Nursiwan.
Ditambahkan drh Hida, Antraks sendiri disebabkan bacillus antraxis, dengan mekanisme antara hewan ternak menular kepada manusia, akan tetapi, tidak bisa menular ke manusia lainnya.
“Pertama, perketat ijin masuk hewan sapi dan kambing disertai surat keterangan kesehatan hewan, meningkatkan pemeriksaan, antemortem (pemeriksaan sebelum hewan dipotong) dan pemeriksaan postmortem (setelah hewan dipotong),” jelasnya.
Ia mengungkapkan, dari tanda antraks apabila terjangkit maka, harus dimusnahkan dengan cara dibakar, setelah 10 tahun boleh berternak lagi.
“Ciri menular ke manusia, demam tinggi, kulit melepuh, bisa mengancam nyawa. Belum ditemukan hewan ternak yang mengidap penyakit antraks,” tukas drh Hida seraya menyebutkan, sebaiknya membeli daging berasal dari rumah pemotongan hewan (RPH), jangan dari pedagang yang menggunakan bakul, agar diantisipasi sejak dini.
(Naska : Milan)
(Ampera)