PAGARALAM, Ampera Sumsel – Naiknya status Gunung Api Dempo (GAD) di level II atau waspada, membuat sejumlah pihak khawatir. Mengantisipasi hal tidak diinginkan terjadi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pagaralam, Herawadi SSos mengimbau kepada seluruh masyarakat, terkhusus kepada para pendaki, agar tidak melakukan aktivitas pendakian ke puncak Gunung Dempo.
“Hari ini, kita mulai menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat, baik melalui media cetak maupun radio, dengan mengimbau masyarakat maupun pendaki, untuk tidak melakukan aktivitas pendakian ke puncak Dempo. Mengingat status GAD di level waspada,” ucap Herawadi, dibincangi wartawan koran ini, tadi malam.
Jika sudah ditetapkan status waspada, artinya di radius 3 kilometer tidak boleh didekati, apalagi sampai ada yang melakukan aktivitas pendakian. Personil selalu siap mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Berdasarkan catatan dalam sejarah, menurut Neumann Van Padang (1951) dan Stehn (1934 dan 1940) Letusan G. Dempo telah terjadi 19 kali. Tahun 1818, Tidak ada keterangan tanggal terjadinya. Mengakibatkan sebagian hutan rusak, puncaknya menjadi gundul dan kering, pohon-pohon kayu sebagian terbakar dan roboh. Lalu pada tahun 1839, juga idak ada keterangan tanggal terjadinya.
Dari kawah tampak nyala sinar api.Kegiatan ini disertai bunyi gemuruh.Cabang kayu besar di bagian puncak patah-patah dan terbakar. Tahun 1853 Letusan terjadi pada 1 Januari. Keterangan lebih lanjut tidak diketahui. 1879, pada 18 Mei di daerah Pasumah terdengar suara letusan selama lk 10 detik. Kemudian seketika terlihat sebuah tiang asap berwarna hitam. 1880, juga terjadi pada bulan Mei. 1881, pada 16 Pebruari telah terjadi getaran tanah yang ringan, terdengar bunyi gemuruh. Dalam Desember tampak tiang asap memumbung dari kawah. Pada tahun 1884, Dentuman seperti bunyi tembakan meriam terdengar dalam Juni dari arah G. Dempo. Dalam bulan Juli berulang-ulang awan asap membubung dari kawah.
1895, Pada 2 Juli mengepul sebuah tiang asap, sedikit hujan abu jatuh di sekitarnya. Pada 30 September terjadi duakali letusan abu dan Lumpur, dentuman terdengar satukali. 1900, pada 4 Juni terdengar dentuman seperti tembakan meriam dari arah G.dempo, kemudian membumbung tiang asap tinggi. Kegiatan ini terjadi lagi pada 26 dan 27 Oktober. 1905, tidak ada keterangan waktu terjadi letusan. Tiap 20 menit terjadi bualan air danau kawah, semburan air berbentuk kerucut mencapai ketinggian lk 12 m.1908, pada 16 dan 17 Februari terjadi letusan air abu dan lumpur. Air sungai Betung tidak lama sesudahnya menjadi sepet.
1921, dalam bulan April, Japing mengunjungi kawah Dempo. Permukaan air danau naik berangsur-angsur seluruhnya ke atas. Kemudian timbul sebuah gumpalanuap tinggi menembus air. Setelah itu permukaan air danau turun kembali sampai permukaan asalnya. 1922, Pada 19 dan 20 Mei letusan kecil terjadi lk ½ – 1 menit lamanya. Awan uap besar membual.
1926, pada 22 April G. Dempo, memperlihatkan kegiatannya. Pada 23 April terdengar bunyi gaduh (bunyi air jatuh). Dalam letusan ini mungkin sebagian air danau kawah terlemparkan. Pada 24 April Pasirah Bumiagung mengunjungi kawah G. Dempo, dilihatnya bahwa dari dalam kawah membual uap dan tiap lima menit terdengar bunyi gaduh air mendidih, banyak batu dilemparkan.
Pada 1934, 24 Januari siang hari di Perkebunan the Gunung Dempo terjadi hujan abu, menyebabkan daun teh tampak seperti kena tetesan air kapur kemudian mengering. Pada 20 dan 21 Februari terjadi lagi hujan abu. Hujan abu yang terjadi di malam hari 24 – 25 April menyebabkan kerusakan pada daun teh. 1936, Di malam hari 26-27 Nopember terjadi hujan abu berlumpur di kebun the sebelah barat laut. Hujan belerang selama lebih dari ½ jam dan didahului bunyi gemuruh 3 kali.
1939, Letusan abu terjadi malam hari 18-19 Juli. Abu jatuh di sebelah utara perkebunan teh G. Dempo. Tebal lapisan abu ½ – 2 mm, daun teh bertotol-totol karenanya. Di siang harinya nampak beberapakali awan asap keluar dari kawah. Pada 21 Juli di perkebunan terjadi hujan lumpur tipis. Pada 25 Juli letusannya agak kuat yaitu dari pukul 08.25 sampai pukul 08.40, sebuah gumpalan hitam terlihat kemudian jatuh, hujan Lumpur mencapai kebun teh.
1940, Pada 30 Januari pukul 09.30 terdengar suara terus menerus dari G. Dempo dan kelihatan cahaya kilat diatasnya. 7 Pebruari petang hari terdengar gemuruh duakali. 8 Pebruari pukul 07.30 tampak lagi gumpalan asap membumbung. Di malam harinya turun hujan abu, juga terasa gempa ringan. 12 Pebruari sering terjadi gumpalan asap, tekanannya lemah. Kegiatan berakhir pada 21 Pebruari. Terakhir pada tahun 1974,Hujan belereng dari Kawah G.Dempo, Harian Gala 1974, p.2 (Bandung).
(Naska : Dian)
(Editor : Ampera)