PALEMBANG, Ampera Sumsel— . Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Pemprov Sumsel) terus berbenah diri untuk menyambut hajatan besar Asian Games 2018. Hal yang mendesak adalah pembenahan kawasan kumuh di Kota Palembang. Tercatat, ada sekitar 57 titik kawasan kumuh di Kota Palembang dan 38 titik di kabupaten/kota lainnya.
Selain itu, bangunan Pasar Cinde yang berlokasi di tengah kota tampak berantakan dan lusuh, dianggap salah satu penyebab Kota Palembang tidak menarik. Bahkan salah satu ikon Kota Palembang yakni sungai Musi masuk dalam daftar perusak pemandangan Kota Palembang karena tampak keruh dan tidak layak mengalir di kota ini.
Berdasarkan beberapa pertimbangan itulah, Pemprov Sumsel berinisiatif menghilangkan segala penyebab kumuh dan mengajak pemerintah pusat maupun swasta untuk membenahi Kota Palembang agar tertata rapi dan enak dilihat.
Menurut Gubernur Sumsel Alex Noerdin, butuh dana Rp 1,2 triliun untuk mengubah wajah Kota Palembang, karena akan menjadi pusat perhatian dunia pada perhelatan Asian Games dua tahun mendatang.
“Perlu ada perombakan di Kota Palembang yaitu menghilangkan kawasan kumuh, kebersihan dan tata kota, sungai, instalasi pengolahan air limbah dan macam-macam,” jelasnya usai penandatangan kesepakatan program pembebasan kawasan kumuh bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Jakabaring, Senin (4/10).
Untuk saat ini lanjutnya, Pemprov Sumsel sudah mendapatkan dana sebesar itu, diantaranya berasal dari kas daerah sendiri atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) dan pihak swasta.
Untuk investor swasta pada program ini, rencananya merupakan perusahaan asal Australia yang bergerak di bidang pembangunan dan perumahan.
“Mereka sudah menyatakan minat berinvestasi di Sumsel,” ujarnya.
Sementara Rektor Universitas Sriwijaya, Anis Saggaf mengatakan, Sumsel ini berkembang pesat sehingga perlu penataan kawasan yang harus dipisahkan.
“Ada kelompok lama, ada kelompok baru. Ada kota tua, ada new town, semua pendekatannya berbeda,” jelas dia.
Ia menambahkan, kalau new town bisa dilihat seperti Jakabaring, yang diikuti olahraga sebagai pancingannya. Jakabaring itu merupakan kota tua yang menjadi kota baru karenanya perlu pengembangan berbasis perencanaan yang baik, dan penting merubah kultur masyarakat.
Walikota Palembang Harnojoyo juga mengatakan, kawasan kumuh yang ada di Palembang tercatat berada di 57 titik yang masih harus dibenahi. Namun sesuai komitmen, secara bertahap kawasan kumuh tersebut akan segera dikurangi.
“Tidak bisa secara langsung semuanya dibenahi, harus ada tahapan kita akan terus upayakan. Kedepan, kita akan sediakan pemukiman di Ilir Barat dan Gandus, sehingga warga yang tinggal di kawasan kumuh bisa direlokasi sementara,” kata dia.
Selain kawasan kumuh, masalah sanitasi di Palembang menjadi hal penting yang difokuskan pemkot Palembang. Namun dalam penanganan masalah tersebut, Palembang mendapat bantuan hibah dari Australia dalam pengelolaan air limbah domestik terpusat di Palembang.
“Dananya tidak kecil, sebanyak Rp 1 triliun namun dalam pengelolaan air limbah di Palembang butuh dana sekitar Rp 1,2 triliun. Beruntung Palembang mendapat sumbangsih dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kota sendiri,” jelasnya.
Dalam operasionalnya, kata Harnojoyo, air limbah rumah tangga bagi masyarakat yang ada di sekitar sungai akan disaring melalui instalasi pengelohan air limbah yang terpusat di kawasan Sungai Selayur Palembang.
“Jadi sebelum ke Sungai Musi, air limbah rumah tangga terlebih dulu di saring. Selama ini langsung mengarah ke Sungai Musi. Kita ingin menjaga agar sanitasi di Kota Palembang terjaga sebelum even Asian Games berlangsung nantinya,” ujar dia. (And)