Laporan : Ishak N
LAHAT, Gemasriwijaya.Net – Antrian panjang kendaraan di Stasiun Pengisian Bahan Umum (SPBU) saat akan mengisi bahan bakar, sekarang ini sudah menjadi pemandangan lazim. Sebab hampir setiap hari, mulai dari pagi sampai malam hari terlihat. Bahkan, tak jarang antrian kendaraan dari berbagai jenis dan ukuran serta tonase berbeda tersebut, mengakibatkan kemacetan dan mengganggu aktivitas pengguna jalan lain.
Di lokasi SPBU Kota Raya, Kecamatan Lahat, Kabupaten Lahat, misalnya. SPBU ini adalah salah satu Pom bensin yang juga mengalami hal serupa, siang ini Rabu (6/7/22) aktivitas pelayanan penjualan BBM di SPBU yang mempunyai quota 10.000 (sepuluh ribu) liter ton tersebut sempat tertunda hingga membuat sopir kendaraan yang mengantri sejak pagi hari menjadi resah, hingga menimbulkan dugaan tidak melakukan transaksi penjualan BBM. Beberapa sopir kendaraan mengatakan, bahwa mereka sudah mengantri sejak pagi hari tapi belum juga mendapat kesempatan mengisi bahan bakar.
Namun apa yang dikeluhkan oleh awak sopir tersebut, dibantah oleh pihak pengelola SPBU. Menurut pria setengah baya yang kerap disapa Jon itu, Management SPBU Kota Raya bukan menahan penjualan bahan bakar, tetapi pihaknya mencegah adanya paktek pembelian reloading atau pengisian tanki kendaraan secara berulang ulang yang dilakukan oleh oknum nakal penjual bahan bakar eceran.
“Keterlambatan pelayanan penjualan yang terjadi, merupakan langkah pencegahan adanya praktek reloading yang dilakukan oknum nakal yang tidak tertib dan bahkan menyerobot barisan antrian. Sehingga antrian menjadi tiga bagian dan berimbas pada kendaraan lainnya, tentu saja menyebabkan terjadi kemacetan. Karena dua jalur di sisi kiri dan kanan mesin pengisi bahan bakar atau noosel menjadi kacau, hingga terjadi kemacetan akibat ulah sopir yang mengabaikan himbauan. Akibatnya kendaraan pribadi, bus antar kota dalam provinsi hingga bus antar kota antar provinsi dan kendaraan barang menjadi terhambat”, urai Jon.
Pihaknya, kata Jon, tidak menahan penjualan bahan bakar kepada publik, tapi semanata-mata mencegah terjadi pembelian berulang ulang. Karena jika hal tersebut terjadi, maka kendaraan yang punya jarak tempuh jauh akan kehilangan kesempatan mengisi bahan bakar. Jika hal tersebut terjadi, bagaimana nasib para penumpang, bagaimana nasib penyaluran bahan barang barang seperti sembako dan lainnya jika tidak bisa mendapatkan bahan bakar, tentunya akan berimbas kepada stok bahan pangan dipasaran.
“Jika kami melakukan praktek menahan penjualan bahan bakar, untuk apa kami meminta banfuan kepada aparat Polres Lahat. Bisa disaksikan sendiri oleh awak media, satu regu petugas Samapta Polres Lahat memeriksa setiap kendaraan. Ini tidak lain untuk mencegah terjadinya pembelian berulang dan bersusah payah menertibkan antrian kendaraan. Bahkan anda lihat sendiri, oknum-oknum sopir nakal kabur melihat kedatangan puluhan petugas dan pelayanan penjualan kepada pengguna bisa kembali dilakukan,” sambungnya.
Sementara AKP. Afrianto, SH selaku Kasat Samapta Polres Lahat, ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa ada Anggota Sat-Samapta diterjunkan ke lokasi SPBU Kota Raya.
“Pihak pengelola SPBU Kota Raya meminta bantuan untuk menertibkan adanya praktek Re-loading, atau pengisian bahan bakar secara berulang ulang dan mencegah adanya kemungkinan kemungkinan lain,” terangnya.
Masih kata Afrianto, apa yang dilakukan oleh pihak pengelola SPBU Kota Raya yang melibatkan aparat penegak hukum dalam memberantas adanya praktek pengisian bahan bakar secara berulang ulang, itu patut dicontoh oleh SPBU lainnya yang ada di Kabupaten Lahat. Dengan demikian, ke depan bisa meminimalisir panjangnya antrian kendaraan yang bisa menyebabkan persoalan yang lain. Contohnya kelangkaan BBM akibat ulah oknum nakal.
“Samapta ada di mana-mana dan selalu ada,” tegasnya.
Salah seorang sopir bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan, bahwa dirinya dan para penumpangnya menjadi kesal karena ulah para pemilik kendaraan yang menyerobot antrian hingga menyebabkan kemacetan.
“Lumayan lama Pak. menunggu dari jam 9 pagi. Kalau tidak ada bapak-bapak polisi yang mengatur dan menertibkan kendaraan yang asal maIn serobot jalur, bisa lebih lama lagi kami mengantri bahan bakar untuk bisa melanjutkan perjalanan kepulau jawa,” ujarnya.
Editor : Ivi Hamzah