Laporan : Ramson
LAHAT, Gemasriwijaya.Net – Kondisi cuaca yang kian tak menentu serta rendahnya harga jual dan minimnya getah yang meleleh dari pohon karet akibat daunnya banyak yang runtuh, membuat petani karet di Dusun III Desa Lubuk Atung Kecamatan Pseksu, Kabupaten Lahat terpaksa mengambil langkah lain untuk kesinambungan penghidupan keluarganya.
Alih komuditas tanaman ini, seperti juga dilakukan oleh Riadi Azam (37). Pria yang juga berprofesi sebagai Wartawan ini telah menanam karet sejak 7 tahun lalu, karetpun sudah mulai produktif. Akan tetapi, hasilnya tidak maksimal serta faktor cuaca yang tak menentu juga mempengaruh proses produksi. Oleh karena itu, Riadi Azam mulai melirik ke tanaman Pinang.
“Sekarang ini harganya agak lumayan, tapi getahnya kurang. Getahnya lancar, hujan mendadak turun dan getahnya mencair sia-sia. Jadi mau tidak mau untuk ke depan kita mencoba bercocok tanam Pinang dulu”, kata ayah satu anak bergelar S. Pd ini, Sabtu (2/7/22).
Diakuinya, kendati sekarang kebun karet masih digarap, namun ia lebih konsen ke tanaman Pinang. Alasannya selain perawatan yang tidak sulit, harga buah Pinang juga agak lumayan tinggi dan bisa menghasilkan dalam jangka waktu 3 atau 4 tahun ke depan.
Disoal, apakah tidak ada kendala mengenai cara pemeliharaannya..?, Riadi Azam mengaku telah banyak bertanya dan belajar dari internet tentang cara penamanan, pemeliharaan, cara panen dan pengelolaan buah serta cara penjualannya.
“Ya, kita harus banyak-banyak bertanya sama orang yang sudah berhasil bertani Pinang. Apalagi zaman sekarang, kita bisa lihat di tutorial melalui internet. Pokoknya doakan sajalah agar tanaman Pinang kami ini bisa mengahasilkan dan memuaskan sesuai dengan usaha yang sudah kami lakukan”, tutupnya, penuh harap.
Selain Riadi Azam, Sapruni alias Sabuk (65) seorang petani di desa tersebut yang juga memiliki beberapa bidang kebun karet, sekarang dirinya juga lebih fokus ke tanaman Pinang. Bahkan lokasi kebun Pinangnya tak berjauhan dengan kebun Pinang milik Riadi Azam.
“Hasil karet minim, kita coba beralih ke Pinang”, kata dia.
Editor : Ivi Hamzah