Laporan : Toni R
LAHAT, Gemasriwijaya.Net – Momen lebaran atau hari raya Idul Fitri, kental dengan nuansa kebersamaan, saling memaafkan, berkumpul dengan sanak saudara, makanan dengan hidangan khas seperti ketupat dan lontong, opor, dan tidak lupa pantauan atau berkunjung ke rumah tetangga untuk silaturahmi.
Tradisi pantauan atau mengunjungi rumah sanak saudara, tetangga, ataupun orang terdekat saat lebaran mungkin terjadi di beberapa daerah tak terkecuali di Kabupaten Lahat.
Inilah momen yang terlihat di salah satu rumah warga Desa Penantian, Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat. Sabtu (22/5/2023).
Sudah menjadi tradisi atau kebiasaan yang rutin dilakukan saat momen lebaran, yaitu pantauan atau mengunjungi rumah antar warga maupun keluarga masing-masing.
Tidak hanya berkunjung, biasanya mereka juga membawa bingkisan, buah tangan atau oleh-oleh untuk pemilik rumah yang dikunjungi.
Salah satu warga yang sedang silaturahmi, Devi, mengaku ini sudah menjadi kegiatan rutin silaturahmi ke tetangga maupun keluarga.
“Setiap tahun saya, suami dan anak-anak rutin silaturahmi ke tetangga maupun keluarga. Tujuannya ya untuk saling meminta maaf, kemudian menjalin persaudaraan,” ungkap Devi.
Bisa dikatakan sebagai tradisi turun temurun juga, terutama bagi mereka yang sudah menikah atau berkeluarga mengunjungi yang lebih tua.
Tahun ini, Devi ditemani suami dan anak-anaknya untuk berkeliling pantauan di dusun almarhumah ibunya di Desa Penantian Jarai. Awal ia mengunjungi keluarga inti, kemudian lanjut ke saudara, orang terdekat, dan tetangga.
Mengingat jumlah keluarga atau orang yang akan dikunjungi sangat banyak, Devi mengaku biasanya tidak kelar dalam waktu satu hari.
Paling tidak dua atau tiga hari baru selesai, bahkan bisa sampai tiga hari jika yang hendak ditemui tidak ada di rumah sehingga harus balik lagi.
“Kalau saya senang saja menjalaninya, karena kan momen setahun sekali. Anak-anak juga senang karena bisa mencicipi jajanan yang beragam, belum lagi jika ada yang memberi angpao lebaran, ya namanya masih anak-anak momen itu yang paling ditunggu,” katanya.
Tidak jauh berbeda, Lena juga melaksanakan tradisi silaturahmi saat momen lebaran. Bahkan bisa sampai berhari-hari karena keluarga dari sang suami maupun dari orangtua Lena sendiri yang jumlahnya cukup banyak dan tempat tinggal tidak satu wilayah.
Mengingat anak sudah tiga, barang bawaan juga lumayan banyak, saat berangkat silaturahmi, Lena harus menggunakan mobil supaya semua bisa terangkut.
“Kebetulan saya dan suami berasal dari keluarga besar semuanya. Jadi saat momen lebaran dan silaturahmi pasti tidak bisa selesai dalam waktu satu hari. Sudah tradisi, sehingga saya mengikuti saja, lagian momen setahun sekali jadi tidak masalah,” tuturnya.
“Tapi yang paling utama dalam tradisi tersebut adalah menjalin silaturahmi dan saling memaafkan satu sama lain saat momen lebaran”,pungkasnya.
Editor : Ivi Hamzah