Laporan : Prima R
LAHAT. Gemasriwijaya.Net – Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Republik Indonesia menggelar sidang pemeriksaan secara virtual atas dugaan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu (KEPP) perkara nomor 33-PKE-DKPP/II/2023 pada Selasa (28/3/2023). Buntut dari perkara ini diadukan oleh Redhi Setiadi S.H M.H Ia mengadukan Nana Priana ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lahat.
Redhi Setiadi mendalilkan Nana Priana telah meminta sejumlah uang kepada para peserta seleksi Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di beberapa wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Lahat.
“Teradu menjamin peserta seleksi yang memberikan uang dapat lolos menjadi Anggota PPK,” ungkapnya.
Redhi Setiadi saya bertanya kepada Nana apakah ada pegawai atau Komisioner KPU yang bernama Dian, Kenapa makan siang harus jauh – jauh ke pagar alam apa lagi ada pertemua kepada para peserta PPK disana.
“Kok pertanyaan tidak ada sangkut pautnya dengan jeruk 20kg serta pejabat, dan mobil dinas. Kok malah di puter – puter ke arah situ,”katanya
Pernyataan Redhi Setiadi S.H pun diamini oleh sejumlah saksi yang dihadirkan dalam sidang ini Virtual atas dugaan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu (KEPP) perkara nomor 33-PKE-DKPP/II/2023 Salah satu saksi.
“Lia Aspika mengungkapkan bahwa dirinya adalah salah peserta seleksi PPK untuk wilayah Kecamatan Jarai.”ungkapnya
Kepada Majelis, Lia menyebut bahwa dirinya dijamin kelolosannya sebagai anggota PPK oleh Nana dengan syarat memberikan uang. Permintaan ini, kata Lia, juga disampaikan Nana kepada beberapa orang.
“Saya Ketua KPU akan meloloskan kalian kalau kalian bayar Rp 10 juta. Kalau saya tidak tanda tangan, maka SK (Surat Keputusan) itu tidak terjadi,” ujar Lia menirukan ucapan Nana dalam Virtual tersebut.
Lia memberi keterangan dalam sidang ini bersama beberapa saksi lain yang juga menjadi peserta seleksi PPK di Kabupaten Lahat, yaitu Arpansi Anriko, Herlambang Kurnaifi, dan Taty Ristianti.
Tudingan diatas pun dibantah oleh Nana dalam sidang ini. Kepada Majelis, Nana menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menjanjikan kelolosan peserta seleksi PPK di Kabupaten Lahat.
Dia mengakui pernah menemui para saksi yang dihadirkan dalam sidang ini bersama mantan anggota KPU Kabupaten Lahat yang kini telah meninggal dunia Jalaludin.
Kala itu, kata dia, para saksi bertanya kepada dirinya tentang proses seleksi PPK di Kabupaten Lahat.
“Saya bilang kalau mau lulus kalian harus belajar. Almarhum Jalaludin adalah saksi yang paling hakiki,” ucap Nana di Sidang Virtual.
Dalam sidang ini, ia pun menyebut bahwa ada pihak-pihak yang sengaja ingin mendiskreditkan dan menjatuhkan KPU Kabupaten Lahat belakangan ini.
“Saksi tidak dapat membuktikan (meminta uang, red). Saya akan laporkan balik para saksi setelah ini,” jelas Nana.
Editor : Ivi Hamzah