Laporan: Nopiriadi
LAHAT, Gemasriwijaya.net – Akibat semakin merosotnya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di Kabupaten Lahat yaitu berkisaran antara Rp 800 – Rp 1.200 perkilogramnya membuat para petani sawit merasa terpukul.
Tak terkecuali, Dede (32) warga Desa Suka Makmur Satuan Pemukiman (SP) 3 Trans Palambaja Kecamatan Gumay Talang, yang juga merasakan imbas dari turunnya harga sawit. Dede menuturkan dirinya tetap memanen sawit di kebunnya kendati harga murah.
“Walaupun murah ya saya masih tetap memanen sawit saya, sayang kalau tidak dipanen,” ucapnya, Sabtu (02/07/2022).
Namun demikian, Dede menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya ia juga menyadap karet sekaligus melakukan aktivitas jual beli karet dari para petani di sekitarnya.
“Kalau sawit tetap harus dipanen, karena kalau tidak dipanen sawitnya jadi rusak, saya juga menyadap karet untuk memenuhi kebutuhan dan membayar beberapa cicilan,” imbuhnya.
Bahkan, tuturnya, tidak hanya dirinya saja yang menyadap getah karet di kampungnya. “Semenjak harga sawit anjlok sebagian warga yang sebelumnya membiarkan kebun karet mereka terbengkalai, kini mulai menggarap kebun karetnya lagi,
Menurut ceritanya, tidak jarang masyarakat yang memiliki kebun sawit membiarkan sawitnya begitu saja lantaran harga yang sangat murah.
“Ada yang membiarkan sawitnya begitu saja, ada yang tetap dipanen dengan maksud menjaga agar sawit tetap dalam kondisi baik baik saja, tapi hasil panennya tidak dijual sama sekali,” ungkap Dede.
Bapak satu anak ini hanya bisa berharap agar harga TBS sawit kembali naik seperti sebelumnya. “Kan kemarin harga sawit sampai menyentuh Rp 4.000 perkilo, ya kita berharap bisa kembali seperti itu lagi, atau paling tidak diatas Rp 2.000 lah, semoga pemerintah bisa memperhatikan persoalan ini,” harapnya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tetap bersabar bersemangat dan tetap optimis di dalam menghadapi fenomena ini.
Editor : Ivi Hamzah