Laporan : Toni R
PAGARALAM, Gemasriwijaya.Net – Kota Pagaralam terkenal dengan salah satu daerah penghasil kopi terbanyak di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Bahkan tanaman Kopi menjadi salah satu komoditi terbanyak yang ditanam oleh masyarakat Pagaralam sejak zaman dahulu.
Hal ini juga diteruskan sampai saat ini, bahkan Pemerintah Kota (Pemkot) Pagaralam dimassa kepemimpinan Walikota Alpian Maskoni menjadikan tanaman Kopi salah satu sasaran program unggulan yaitu Program Sambung Pucuk Kopi.
Program ini bertujuan agar para petani bisa menghasilkan lebih banyak biji kopi dimasa panen. Selian itu, Pemkot Pagaralam ingin terus menjadikan Kopi sebagai komuditi andalan petani Pagaralam.
Namun musim panen yang hanya satu kali dalam setahun kadang menjadi kendala para petani Kopi di Pagaralam. Lebih-lebih jika petani tersebut hanya mengandalkan satu komuditi Kopi saja sebagai sumber penghasilannya.
Hal ini membuat pemerintah bersama petani harus mencari solusi agar tidak hanya mengandalkan hasil panen Kopi saja untuk kebutuhan sehari-hari.
Sulaiman (43) petani Kopi di Desa Talang Kromo Kecamatan Dempo Utara Kota Pagaralam salah satu dari beberapa petani di Pagaralam yang sudah berinovasi untuk menambah penghasilan mereka selian mengandalkan hasil panen Kopi.
Berawal dari kebiasaan menanam Kopi dengan tanaman lainnya sebagai tanaman nauangan atau biasa disebut warga Pagaralam sebagai tanaman pembayang. Sulaiman menganti tanaman naungan yang selama ini merupakan tanaman pohon yang tidak produktif atau tidak bernilai ekonomis ke tanaman yang bernilai ekonomis.
Petani ini menganti tanaman naungan dari pohon basia kebeberapa jenis tanaman buah mulai dari tanaman Alpukat, Durian, Rambutan, Pete hingga tanaman Jengkol.
Inovasi ini sudah terbukti mampu menambah penghasilan petani Kopi selian dari mengandalkan hasil panen kopi setiap tahannnya.
“Tanaman Kopi ini tidak akan bagus jika tidak ada tanaman naungan. Pasalnya jika terlalu sering terkana sinar matahari langsung maka hasil panennya tidak akan bagus,” ujar Sulaiman.
Jika selama ini petani hanya menanam tanaman naungan dengan pohon Basia saat ini petani Pagaralam mulai beralih ketanaman yang lebih menghasilkan atau tanaman yang bernilai ekonomis.
“Kita selama ini hanya mengandalkan hasil panen Kopi saja yang dalam satu tahun hanya panen satu kali. Dengan menganti tanaman nauangan ketanaman buah maka kami bisa mendapat penghasilan tanbahan untuk kebutuhan sebelum massa panen,” katanya.
Saat ini paling banyak tanaman naungan yang ditanam petani Pagaralam yaitu tanaman Alpukat. Tanaman Alpukat sangat cocok ditamam di Pagaralam. Bahkan hasilnya cukup menjanjikan.
“Jika sudah berbuah pohon Alpukat ini sangat menjanjikan, karena saat ini harganya stabil dari Rp10 ribu sampai Rp15 ribu perkilogramnya. Jadi sembari menunggu massa panen Kopi kita bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah dari tanaman naungan kopi itu sendiri,” jelasnya.
Dalam satu hektar kebun kopi tanaman naungan bisa ditanam sekitar ratusan pohon naungan. Jadi jika dalam satu pohon Alpukat bisa menghasilkan 50 Kilogram maka jika ada 100 pohon tanaman naungan Alpukat, maka petani bisa menghasilkan 5 Ton buah Alpukat untuk satu kali panen saja.
“Jadi 5 ton jika kita jual dengan harga Rp15 ribu perkilogram maka kita akan mendapatkan uang sebesar Rp75 juta dari hasil panen tanaman naungan saja,” ungkapnya.
Inovasi menganti tanaman naungan Kopi saat ini sudah menjadi program dari Walikota Pagaralam Alpian Maskoni. Tahun ini Program ini akan mulai dilaksanakan dan sasarannya yaitu semua petani Kopi di Pagaralam bisa menganti tanaman naungan dari yang tidak bernilai ekonomis ketanaman yang lebih bernilai ekonomis.
Editor : Ivi Hamzah