Laporan : Ivi Hamzah
LAHAT, Gemasriwijaya – yang sejuk dan segar sangat terasa ketika kami memasuki Desa Aceh yang merupakan desa pertama di Kecamatan Pajar Bulan karena di kecamatan ini mayoritas menanam kopi dengan pohon pembayangnya sehingga sepanjang jalan terlihat hijaunya kebun kopi. Suasana kota Lahat yang mulai hiruk pikuk sempat terlepas dari benak kami sesaat memasuki Kecamatan Pajar Bulan yang merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Jarai.
Tujuan utama Tim yang dikomandoi Mario Andramatik staf khusus parekraf Bupati Lahat Cik Ujang di Kecamatan Pajar Bulan adalah mengunjungi Desa Pulau Panggung. Sebelum menuju Desa Pulau Panggung kami mengunjungi sebuah batu berelief yang menggambarkan seseorang sedang menggendong hewan seperti rusa dengan tangan kiri memegang tanduk rusa, orang digambarkan berambut tegak ke atas dan perut buncit memakai kalung pada lehernya. Batu berelif ini yang terletak dihalaman depan rumah bernama Amir Hamzah di Desa Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan. Seorang pemuda yang kami hubungi mengatakan penduduk sekitar tidak mengetahui bahwa di batu tersebut terdapat relief disebabkan selama ini tertutup pepohonan. Batu yang teronggok selama ini tidak menjadi perhatian warga desa ternyata adalah sebuah batu bergores yang bernilai tinggi hasil karya masyarakat masa megalit yang telah berkembang ribuan tahun lalu di daerah ini. Hal ini teungkap dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Sumatera Selatan. Kemudian kami singgah di sebuah lumpang batu berlubang 4 (empat) terletak di halaman rumah yang masih berada di Desa Pajar Bulan yang cukup jelas terlihat bila kita melalui jalan raya dari Desa Pajar Bulan ke arah Desa Pulau Panggung. Sebenarnya jumlah temuan megalit di Desa Pajar Bulan sangat banyak, lebih dari 300an temuan megalit.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Desa Pulau Panggung. Walau di siang hari dan matahari bersinar terik tetapi kami tidak merasa panas dan tak membuat kami lelah. Setelah memasuki Desa Pulau Panggung, tidaklah susah untuk menemukan kediaman Ahlan sang juru pelihara batu megalit Desa Pulau Panggung. Di pertigaan jalan disebelah kiri tertulis petunjuk menuju batu megalit yang juga ke arah rumah Ahlan.
Jarak Desa Pulau Panggung hanya sekitar 8 km dari Kota Pagar Alam atau 73 km dari Kota Lahat yang dapat ditempuh selama 1,5 jam perjalanan. Jalanan yang beraspal mulus dan sedikit berliku membuat perjalanan sangat mengesankan. Kebun kopi penduduk yang hampir dipanen telah kelihatan memerah. Panorama alam pegunungan sangat mempesona. Mayoritas penduduk disini bertanam kopi dan merupakan produk andalan kawasan di kaki Gunung Dempo yang berhawa sejuk.
Setelah diterima Ahlan dan kamipun langsung berjalan menuju kebun Ahlan yang juga merupakan komplek batu megalit berada. Jalan tanah selebar 2 m dengan perkebunan kopi dikanan kiri sangat menyenangkan. Sepanjang perjalanan Ahlan banyak bercerita tentang megalit yang ada di kebunnya. Kunjungan pertama kami melihat sebuah batu terletak didalam tanah berukuran 1 m. “Aku menggali batu megalit ini karena mimpi dari Rorena anakku” demikian penuturan Ahlan sang juru pelihara situs yang terletak di Desa Pulau Panggung Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat. Di batu ini terdapat pahatan seorang digigit seekor ular pada bagian tangan sampai bahu, sedang seorang lagi dililit dan digigit seekor ular lainnya. Pada bagian atas batu ini terdapat genangan air. Nampaknya batu ini sebuah lumpang batu berukir. Lumpang batu berukir merupakan hal yang langka, unik dan tentu mempunyai nilai budaya sangat tinggi. Lumpang batu ini ditemukan sekitar bulan April 2010.
Kemudian Ahlan membawa kami menuju batu megalit lainnya. Dengan menyusuri pepohonan kopi di kanan kiri yang mulai memerah sampailah kami pada sebuah batu yang menggambarkan figur manusia dengan mata besar, hidung pesek dan bibir tebal memakai topi, gelang tangan dan kalung motif polos sedang menunggang gajah, membawa dua anak yang di kepit di ketiak kanan dan kiri. Tampak kepala gajah, mata dan gading. Detail pola pahatan gajah dan manusia sangat jelas dan lebih dinamis. Batu ini mempunyai ukuran panjang 170 cm, lebar 95 cm dan tinggi 125 cm. Batu ini disebut Arca Megalit yang popular disebut masyarakat sebagai Baturang mungkin singkatan dari batu orang. Batu megalit yang konon berusia 3.000 tahun merupakan tinggalan masa megalit tepat berada di kebun kopi yang rindang nan asri dengan pohon-pohon pembayangnya. Berada disini terasa berada di masa ribuan tahun lalu tanpa ada suara mesin-mesin dan hiruk pikuk yang ada hanya suara burung dan beberapa suara serangga.
Bukan hanya 2 batu megalit itu saja yang ada di kebun Ahlan tapi masih ada 1 lumpang batu berlubang satu dan lesung batu yang bentuk hiasan luarnya beragam dan letaknya tersebar. Ada lesung batu berkepala kodok, berkepala kambing, berhias seekor ular dan orang. Dan semua lesung batu tersebut mempunyai lubang dengan ukuran lebar dan dalam yang sama, sepertinya mereka yang membuat telah mengenal alat ukur. Suatu temuan yang langka dan unik. Di Desa Pulau Panggung ini total ditemukan lesung batu berhias berjumlah 34 buah, lumpang batu, lumpang batu berhias, dolmen, tetralith, arca megalit dan batu datar.
Kecamatan Pajar Bulan merupakan pusat temuan batu megalit terbesar yang ada di Kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan bahkan mungkin se Indonesia. Selain Desa Pajar Bulan dan Desa Pulau Panggung batu megalit berupa bilik batu, lesung batu, lumpang batu, batu datar, monolith, trilith, menhir, dolmen, arca, tetralith juga ditemukan di Desa Talang Pagar Agung, Benua Raja, Kota Raya Lembak, Sumur dan Talang Padang Tinggi. Bahkan Batu Gajah yang sangat terkenal, yang saat ini tersimpan di Museum Balaputradewa di Palembang berasal dari Desa Kota Raya Lembak Kecamatan Pajar Bulan.
Tinggalan megalitik yang ada di Kecamatan Pajar Bulan sifatnya unik, langka dan tidak dapat diperbaharui dan merupakan bukti-bukti aktivitas manusia masa lampau yang dapat memberikan gambaran tentang kehidupan sosial, ekonomi, pemukiman, penguasaan tehnologi, kehidupan religi. Untuk itu pelestarian benda cagar budaya merupakan hal yang penting bagi pemahaman, dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan sehingga perlu terus diupayakan untuk dilindungi, dijaga, dirawat demi memupuk kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan Nasional.
Manfaat yang dapat diambil dengan adanya pelestarian situs megalit di Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat Propinsi Sumatera Selatan menunjukkan adanya kebhinekaan tinggalan budaya pada masa lampau selain itu juga dengan melihat banyaknya sebaran megalit di Kecamatan Pajar Bulan, dapat memperkaya khazanah budaya Indonesia. Tinggalan megalit yang terdapat di Kecamatan Pajar Kabupaten Lahat memiliki aspek nilai penting bagi: sejarah, ilmu pengetahuan, sebagai media pembelajaran sejarah dan budaya pendidikan, penciptaan kurikulum muatan lokal khususnya tentang sejarah megalit.
Batu megalit di Dataran Tinggi Pasemah yang terdapat di Kabupaten Lahat telah dikunjungi untuk pertama kali pada tahun 1850 oleh L.Ullman dan yang cukup terkenal adalah Van der Hoop tahun 1932 dengan bukunya ”Megalithic Remains in South Sumatera”. Sekarang timbul sebuah pertanyaan sudah berapa banyak masyarakat Kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan yang telah mengunjungi situs megalit yang telah tersohor sejak tahun 1850 silam? Apakah kita masyarakat Kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan sudah tahu dan menyadari bahwa di Kabupaten Lahat yang kita cintai ini terdapat megalit terbanyak dan terbaik se Indonesia? Semua ini menjadi tugas kita bersama untuk menjaga, memelihara, melestarikan, memanfaatkan dan mempromosikan pada dunia semua yang kita miliki, sehingga bermanfaat untuk semua masyarakat Kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan.
Editor : Nopiriadi