Laporan : Tim Panoramic
GEMAS – LAHAT
Ketika di bulan Oktober lalu tim Panoramic of Lahat menjelajahi cughup Tebing Sialang, kini di awal bulan Desember, Minggu (6-12-2020) Tim Panoramic of Lahat kembali melakukan jelajah cughup di Desa Pulau Panas Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Penjelajahan Tim Panoramic kali ini
menuju ke cughup Martenang yang berjarak tempuh dari tepi jalan aspal dari Desa Pulau Panas menuju lokasi cughup sekitar perjalanan 2 jam berjalan kaki.
Secara umum jalanan relatif datar, hanya saja tanjakan terjal dan panjang dari desa hingga Talang Padang Takur yang dikenal dengan Tebing Juk’ir sejauh sekitar 15 menit perjalanan kaki.
Setelah Talang Padang Takur menuju Talang Martenang jalanan relatif datar. Talang Martenang terbagi menjadi beberapa kelompok dangau atau pondok masyarakat pekebun kopi yang berjumlah sekitar 40 dangau. Lalu menuju Talang Bren yang terdapat sekitar 7 dangau dengan menyusuri kebun kopi, selanjutnya tim menyeberangi ayek Melancar dengan lebar sekitar 5 meter dengan kedalaman sebatas betis kaki kemudian bertemu dengan Talang Masjid.
Kemudian Tim Panoramic, dari Talang Masjid menerobos kebun kopi dan menyusuri tepi ayek Melancar sejauh 500 meter, lalu menyusuri sungai Melancar dengan kedalaman sekitar 30 cm sejauh sekitar 300 meter. Tim Panoramic yang dikomandoi Mario Andramartik ini ditengah belantara Tim sangat takjub, karena mengalir deras air jernih keputihan dari ketinggian tebing sekitar 30 meter dan jatuh kebawah membentuk lubuk atau danau dengan luas sekitar 5 meter, dengan kedalaman sekitar 3 meter terus mengalir ke ayek Melancar.
Sesampainya di cughup Martenang Tim Panoramic berbagi tugas masing-masing. Tim Panoramic of Lahat ini dipimpin langsung oleh Mario Andramartik bersama Bayu Purwanto Bendahara, dan Yandi Satari anggota, dipandu oleh Devi Candra Pengelola Wisata Teladas Bahru dan Tardak petani di Talang Martenang.
Karena ketakjubannya melihat pemandangan alam nan indah, akhirnya Mario dan Bayu menyiapkan kamera dan perlengkapan lainnya untuk pendataan dan dokumentasi, termasuk alat GPS. Sedangkan Yandi, Devi dan Tardak menyiapkan makan siang dengan menu utama Ikan Ghuas. Dikisahkan Mario bahwa, ikan yang dimasak di dalam bambu, yang bambunya di ambil dari sekitar cughup lalu dibersihkan dan dimasukkan ikan yang telah dibumbui ke dalam bambu dicampur dengan umbi unji dan terong bulat, yang di ambil dari Talang Bren.
Belum juga ikan ghuas masak, tetapi hujan telah mengguyur seluruh tubuh Tim, Beruntung timnya dapat memanaskan diri di api pembakaran ikan ghuas. Ketika ikan ghuas sudah masak hujanpun tak kunjung reda, sedangkan waktu telah bergeser ke angka 2 siang. Akhirnya Tim memutuskan santap siang dengan lauk ikan dalam ghuas bambu yang masih hangat dengan nasi putih yang telah disiapkan.
“Alhamdulillah setelah kami selesai makan dan hujanpun reda lalu kami sempatkan untuk berfoto ria dengan latar belakang cughup Martenang.
Selanjutnya kami kembali menyusuri badan sungai Melancar menuju arah kembali ke desa tetapi kami berhenti di dangau Tardak karena istri Tardak telah menyiapkan kopi panas untuk kami.
Di dangau ini Tardak bersama istri selain berkebun kopi dan kayu manis juga berternak kambing. Dari 2 kandang kambing ada sekitar 25 ekor kambing dan ketika kami datang seekor kambing baru saja lahir. Kami berlima minum kopi sambil makan gorengan yang telah disiapkan istri Tardak. Kami berada di dangau Tardak sekitar 30 menit karena menunggu hujan reda.
Setelah hujan reda kami berpamitan dengan Tardak dan istri melanjutkan perjalanan pulang kembali ke desa Pulau Panas.
Perjalanan pulang terasa lebih cepat dari perjalanan pergi. Alhamdulillah dari dangau Tardak hingga perjalanan ke desa Pulau Panas sampai kembali ke kota Lahat cuaca cerah dan kami kembali ke rumah tanpa kendala yang berarti dan berjuta kenangan indah selama perjalanan pergi dan pulang menjadi memori tersendiri.
Semoga keindahan cughup Martenang dapat dinikmati oleh semua orang lewat tulisan, foto dan video yang kami publikasi. Menurut Tardak yang telah berkebun di Talang Martenang puluhan tahun baru dua kali ini pihak luar desa yang datang, yang pertama dari pihak kota Pagaralam yang memasang patok perbatasan antara Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam yang berada dekat cughup dan yang kedua datang adalah tim Panoramic of Lahat.
Editor : Ivi Hamzah