– Oknum Wartawan dan Nyaris Diculik Oleh Sekelompok Preman
Laporan : GUN/CJ
GEMAS-PAGARALAM
Berawal dari sebuah konfirmasi atas ada dugaan permainan serta kecurangan dari sistem penyaluran bantuan sembako dari program BPNT di wilayah Kota Pagaralam, inisial, BB yang menjabat sebagai Kepala Bidang rehabilitasi pemberdayaan sosial (Dinas Sosial) Kota Pagaralam, melakukan tindakan arogan dengan upaya penyerangan terhadap oknum wartawan Media bratapos.com dan Media Sinar Pagi Baru serta LSM Gerhana Indonesia, berujung adanya laporan pengaduan yang dilakukan oleh pihak korban atau wartawan serta LSM dengan laporan polisi Nomor : LP.B-35/V/2020/2020/SUMSEL/RES/P.ALAM Tanggal 12 Mei 2020.
Dengan adanya laporan pengaduan tersebut ditambah pemberitaan yang dilayangkan di beberapa media-media online, sehingga di kalangan masyarakat dan di jajaran pemerintah di Provinsi Sumatera Selatan, terkhusus di Kota Pagaralam menjadiTranding Topik pembahasan yang hangat, terkait dugaan indikasi permainan dan kecurangan serta lemahnya system kepengawasan dari Dinas Sosial Kota Pagaralam tersebut.
Tidak sampai di situ saja, berkelang dari peristiwa tersebut, tepatnya hari Rabu (13/5/2020) kurang lebih pada pukul 22.00 WIB atau jam 10 malam, awak media bratapos yang bernama Heri Yanto selaku Kabiro Kota Pagaralam didatangi oleh sekelompok orang atau tamu yang tak diundang di kediamannya yang beralamat di Simpang Mannak, Kelurahan Ulu Rurah, Kecamatan Pagaralam Selatan.
“Kira-kira jam 10 malam tersebut, tiba-tiba saya kedatangan sekelompok orang yang mengetuk pintu rumah dan langsung dibuka oleh isteri saya, sayapun menghampiri. Melihat hari sudah malam dan tak biasanya kedatangan tamu pada waktu-waktu tersebut, saya jadi kaget”, tutur Heri Yanto.
Yanto menambahkan, salah seorang dari mereka berbicara dengan nada dan etika yang kurang bagus dan menanyakan kebenaran orang yang mereka cari, apakah benar adalah dirinya.
“Apa benar ini orangnya..?, tanya salah seorang di antara mereka kepada rekannya, dan dijawab “Ya” oleh rekannya. Kemudian sponan salah seorang mengajak saya untuk naik mobil dengan alasan pergi ke rumah rekan saya bernama Riduan. Saat itu saya repleks bertanya, ada apa ini ..?. Salah seorang dari mereka berkata justru balik bertanya, apa benar kamu yang ribut dan ingin mengkasuskan kakak saya..?, karena Koko Bangun itu adalah kakak saya yang kamu kasuskan tersebut”, urai Heri Yanto menceritakan.
Melihat sekelompok orang dengan jumlah kurang lebih 10 orang dengan mengendarai 2 mobil Ayla berwarna putih dan APP berplat merah warna silver, tentunya Heri merasa kaget dan merasa takut akan ada keributan serta kekerasan, apalagi jika akan melibatkan istri dan anak-anaknya. Melihat situasi tersebut, ia pun bersedia mengikuti keinginan mereka untuk mengajaknya menemui Riduan meskipun kondisi agak terancam, yang penting jangan istri dan anak-anaknya menjadi korban.
“Mendengar ucapan saya yang mau mengikuti keinginan mereka, salah seorang menawarkan untuk naik mobil mereka saja. Tapi situasi tidak memungkinkan, dan saya menolak ajakannya. Lalu saya naik motor berboncengan dengan JA anak saya, namun salah satu dari mereka ikut naik motor yang kami kendarai. Dalam situasi mencekam itu saya bisa mengenali wajah mereka walapun namanya saya lupa“, tuturnya dengan gugup.
Melihat orang tersebut sudah ikut naik motor yang dikendarainya, akhirnya Heri Yanto pun melaju. Berkisar kurang lebih 50 meter kami melaju, sungguh nahas nasib Heri Yanto dan anaknya. Pasalnya, di saat posisi motor masih melaju, spontan kepalanya ditinju dari belakang oleh seseorang yang ikut motornya. Akibatnya, kepala Heri Yanto sempat berdarah dan membengkak. Bahkan anaknya, pun ikut kena pukulan.
“Merasa kondisi sudah genting dan melihat mobil dari mereka yang diduga akan menabrak saya dan anak saya dari belakang, replek saya menggulingkan motor saya dan saya disuruh lari oleh anak saya. Anak saya pun berupaya lari dan menghindar dari amukan sekelompok orang tersebut, akhirnya saya dan anak saya bisa menghindar dan melarikan diri guna mencari keamanan atau keselamatan”, ungkap Heri Yanto.
Setelah jauh berlari dan tidak tahu arah dengan memasuki kawasan perkebunan dan persawahan, lanjut Yanto, berkisar pada pukul 00.19 WIB, ia terfikir mencari dan menghubungi kontak telepon rekan-rekannya serta kepolisian Pagaralam Selatan, guna menyelamatkannya. Akhirnya mereka dibawa ke Kantor Polsek Pagaralam Selatan guna dipintai keterangan atas peristiwa yang ia dan keluarganya alami.
“Setelah saya memberikan keterangan secara utuh, sayapun memperlihatkan bercak luka dan bengkak di kepala saya. Akhirnya Polsek Pagaralam Selatan melalui Babinkamtibmas Pagaralam Selatan langsung mengarahkan saya untuk langsung berkoordinasi dan melaporkan kejadian atas tindakan kekerasan, penganiayaan serta percobaan penculikan ke Polres Kota Pagaralam, yang diduga dilakukan sekelompok preman utusan dari salah satu oknum ASN Kota Pagaralam”, beber Yanto.
Menyikapi hal tersebut, yang dianggap tindak kekerasan terhadap jurnalis serta penganiayaan yang mengancam keselamatan dan percobaan penculikan mengarah ke perbuatan melanggar hukum, maka atas kajadian ini dilaporkan Yanto ke pihak kepolisian di Polres Kota Pagaralam dengan LP/B-36/V/2020/SUMSEL/P.ALAM, Tanggal 14 Mei 2020 sekira jam 01.30 WIB”, ungkap Yanto.
Melihat kejadian beruntun atas tindakan kekerasan, penganiayaan serta dugaan percobaan penculikan yang dilakukan sekelompok preman yang diduga utusan dari salah satu oknum ASN Dinas Sosial Kota Pagaralam, maka Amirza selaku ketua LSM Gerhana Indonesia DPK Kota Pagaralam mengecam keras tindakan premanisme ini.
“Kami dari LSM Gerhana Indonesia DPK Kota Pagaralam serta DPD Provinsi Sumatera Selatan dan juga DPN Gerhana Indonesia Pusat akan mengawal dan memantau proses hukum sampai yang terlapor atas terduga tersebut mendapat sanksi dan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia ini”, tegas Amirza, Kamis (14/5/2020).
Editor : Ujang