Laporan : Dedi S
GEMAS – MUARA ENIM
Diduga pada hari Jumat (27/9/2019) sekitar pukul 09.00 WIB di lokasi proyek pembangunan PLTU Sumsel 8 Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, telah terjadi aksi demonstrasi. Aksi ini dipicu adanya kesalapahaman antara pekerja Cina dengan pekerja lokal yang juga masyarakat Desa Darmo, Pulau Panggung, Tanjung Lalang Dan Seleman.
Menurut informasi yang didapat kejadian itu bermula Mr. Wang dan Mr. Chang pekerja PT Indo Daho salah satu subkon PT. Huandian Bukit Asam Power memerintah atau menyuruh pekerja Mahmud warga Desa Tanjung Lalang dengan menggunakan kaki. Merasa tidak senang disuruh menggunakan kaki, Mahmud sedikit kesal dan marah dan terjadilah keributan.
Akibatnya, beberapa teman pekerja kedua belah pihak melihat kejadian tersebut bermaksud melerai, akan tetapi karena salah paham terjadilah keributan antar pekerja. Akibat keributan tersebut Mr Wang diduga menderita pecah bibir dan Mr Chang lebam dipipi dan kepala lecet akibat berkelahi dengan pekerja lokal dan keduanya dibawa ke rumah sakit PTBA.
“Untuk permasalahan ini sudah ditangani pihak berwajib dan akan diselesaikan dengan warga dan pihak perusahaan secara kekeluargaan,” ungkap Aan, Sabtu(28/9).
Usai terjadi keributan kisah Aan, akhirnya pada pukul 11.15 WIB pekerja yang ada di tambang diistirahatkan sementara oleh pihak perusahaan. Hingga jum’at sore, sejumlah pihak keamanan dari Kodim 0404 Muara Enim dan koramil setempat, Polres Muara Enim Dan Yonif 141/AYJP masih berjaga di lokasi PLTU Sumsel 8 tersebut.
“Memang ada keributan itu,” terangnya.
Hingga Sabtu(28-9) belum ada pernyataan resmi dari pihak perusahaan terkait kesalahpahaman kedua belah pihak tersebut. Manager Humas PT Huandian Bukit Asam Power, Giana Hadi ketika dikonfirmasi membenarkan adanya kesalahpahaman tersebut.
“Memang ada terjadi kesalahpahaman yang diakibatkan oleh faktor komunikasi di lapangan antara pekerja lokal dengan pekerja asing, setelah kejadian mis komunikasi ini, pekerja-pekerja lokal berkumpul untuk bertemu dengan pimpinan kontraktor untuk meminta agar kejadian serupa tidak terulang kembali dan hal-hal yang sifatnya mis komunikasi dapat dicarikan solusi permasalahannya,” jelasnya.
Dikatakan dia, solusi kedepannya di lapangan akan ada penambahan translator bahasa yang ditempatkan di lokasi (lapangan) project, hal ini diharapkan mampu menjembatani komunukasi antara pekerja lokal dan asing.
“Dan diharapkan kejadian seperti ini yang diakibatkan oleh faktor komunikasi bisa dieliminir ke depannya,” kata Giana.
Editor : Ivi Hamzah