Laporan : Tim
GEMAS – LAHAT
Beberapa hari setelah merayakan Lebaran 2019, biasanya masyarakat akan berbondong-bondong menyerbu tempat destinasi wisata. Tentu ini menjadi hal yang positif, setidaknya untuk menggairahkan ekonomi lokal, dan mempromosikan destinasi wisata kepada wisatawan.
Untuk mengantisipasi terjadi lonjakan konsumen yang drastis, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Lahat Raya pun meminta kepada semua pihak, khususnya pemerintah daerah, pengelola tempat wisata dan konsumen, untuk memperhatikan jumlah pengunjung dengan kapasitas maksimal tempat wisata.
“Pengelola tempat wisata sebaiknya tidak jor-joran menjual tiket masuk. Sehingga meminimalisir terjadi over kapasitas tempat wisata tersebut,” kata Ketua YLKI Lahat, Sanderson Syafe’i, ST. SH, melalui pesan singkat, Rabu (5/6).
Sanderson mengatakan apabila pengelola wisata nekat memaksakan pengunjung agar tetap masuk sangat merugikan, bahkan membahayakan konsumen. Sebab, konsumen menjadi tidak optimal dalam menikmati wahana wisata.
“Dan membahayakan, karena bisa terjadi accident di tempat wisata, seperti arena bermain yang patah atau jembatan gantung ambruk,” katanya.
Untuk mengantisipasi hal ini, pengelola wisata harus meningkatkan pengawasan yang lebih intensif guna menjamin keamanan dan keselamatan tempat wisata. Konsumen pun jangan memaksakan diri memasuki tempat wisata, jika sekiranya tempat wisata itu sudah berjejalan atau over kapasitas.
“Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya dokter jaga untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, plus harga tiket masuk seharusnya include asuransi wisata,” kata dia.
Di samping itu, Sanderson juga mengimbau agar pengelola wisata membuat standar harga makanan dan minuman yang dijual oleh para tenant. Jangan jadikan momen Lebaran menaikan harga kepada konsumen jasa wisata dengan harga yang ugal-ugalan.
“Pengelola wisata harus mewajibkan para tenant di tempat wisata untuk membuat dan mencantumkan price list (daftar harga) dari harga makanan dan minuman yang dijualnya,” sebutnya.
Sanderson menambahkan, bagi konsumen yang merasa dirugikan atas pelayanan jasa wisata, maka cepat-cepatlah melaporkan atau mengadukan ke pihak pengelola. “Jika responnya tidak memadai, kalau perlu, silakan diviralkan sebagai bentuk hukuman sosial,” imbuhnya.
Selain itu, Sanderson juga mendesak agar pengelola tempat wisata memperihatinkan dan menjaga kebersihan dan higienitas toilet dan juga tempat ibadah. “Jangan biarkan toilet kotor, jorok, dan bau. Plus ketersediaan air bersih yang cukup. Demikian juga tempat ibadah, selain bersih juga harus dilengkapi dengan sarana penunjang lainnya, dan dipisahkan antara jemaah laki-laki dan perempuan,” jelas dia.
Terakhir, dia meminta agar Pemda dan pengelola tempat wisata memperhatikan managemen parkir dan rekayasa lalu lintas di sekitar tempat wisata. Jangan sampai tempat wisata memicu kemacetan di sekitar lokasi, khususnya di jalan raya saat Lebaran 2019. “Dan yakinkan tidak ada pungli parkir bagi konsumen jasa wisata,” pungkasnya.
Editor : Ivi Hamzah