Laporan : Ilham
GEMAS – PAGARALAM
Sekitar 15 tahun sudah Cipto (70) dan istrinya Meri yang renta dan sakit-sakitan menempati rumah tidak layak huni bersama barang rongsokan yang dicarinya sehari-hari.
Pantauan Wartawan dilapangan, Cipto lelaki yang keseharianya hanya bisa terbaring dan jarang beraktipitas tersebut, hanya tinggal di sebuah rumah sederhana yang dindingnya terbuat dari papan kayu dan beratapkan genting dan seng ini, ditempatinya tanpa listrik, bahkan untuk mendapatkan makan dan air, ia harus mengandalkan belas kasihan warga setempat, rumah yang ia tinggali di Kampung Air Perikan, Kelurahan Nendagung, Kecamatan Pagaralam Selatan. Selasa (28/05/2019).
Ironisnya, keadaan makin memprihatinkan karena kediaman Cipto bukan sepenuhnya miliknya dan di sekitar rumahnya di Kampung Air Perikan, Kelurahan Nendagung, Kecamatan Pagaralam Selatan, Kota Pagaralam, berdiri rumah-rumah elite.
Sudah sejak lama pasangan suami istri ini mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat, karena keterbatasan kondisi ekonomi yang mereka hadapi tidak memungkinkan untuk bisa merenovasi tempat tinggalnya.
Meri Istri Cipto mengaku, ia hanyalah seorang ibu rumah tangga dan suaminya hanya seorang buruh serabutan yang tidak menentu pendapatannya untuk membiayai ketiga anaknya yang masih bersekolah. Meskipun tempat tinggalnya berada di tepi jalan raya, namun tak ada satupun yang tergerak hatinya untuk sekedar membantu meringankan bebannya.
“Jadi mau bagaimana lagi, kami tetap bersyukur walaupun dengan keadaan seperti ini, Yang penting anak-anak masih bisa sekolah,” Jelas Meri.
Sementara itu Lurah Nendagung Mauludin, SIp mengatakan, pihaknya belum mengetahui bahwa ada warganya yang sangat memeperhatinkan dan membutuhkan uluran tangan baik dari warga maupun dari pemerintah daerah.
“Pihak kami belum mengetahui bahwa ada warga yang kondisinya sangat memperhatinkan dan akan segera kita carikan solusinya untuk Bapak Cipto ini,” ungkapnya.
Editor : Ivi Hamzah