Laporan : Dedi S
GEMAS – MUARAENIM
Sanggar Tari Anak Bungsu, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU) Kabupaten Muaraenim Sumatera Selatan, tampil di Vestival Tari Daerah, dibawah binaan bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Muara Enim, yang digelar di Hotel Gerya Serasan, Minggu, (19/8/2018)
Sanggar tari ini menampilkan Tari Mutie Kawe (panen kopi), yang mendapat sambutan dari penonton dan dewan juri.
Pembina Sanggar tari Anak Bungsu Rasmayati S.Pd I mengatakan, Semende itu merupakan marga yang terdiri dari 3 kecamatan, di antaranya, Kecamatan SDU, SDT dan SDL. Dilihat suasana lingkungannya, Semende di kelilingi bukit barisan. Salah satu kegiatan petani di Semende yang di angkat dalam tari ini mutie kawe.
“Mutie kawe atau memanen kopi, dilakukan setahun sekali, kami mengangkat tari mutie kawe ini ke permukaan, sesuai dengan program kerja pemerintah daerah meningkatkan kwalitas kopi di semende, apalagi kopi semende sudah ada sertifikat, dan namanya kopi semende sudah di akui dunia,” Kata Rasmayati.
Sementara Tokoh Pemuda Semende, Hafizul Ahkam mengatakan, Tari yang di angkat oleh sanggar tari anak bungsu ini menggambarkan perjuangan petani kopi di semende, yang harus memetik kopi di perkebunan di dataran tinggi tersebut. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak untuk meningkatkan kwalitas dan kwantitas antara perekonomian, budaya dan pariwisata.
“Pada dasarnya di tarian ini ada unsur pendidikan, seni budaya, serta kehidupan petani di dataran tinggi ini, mereka mendukung penuh program pemerintah, diantaranya menuju semende agrowisata,” pungkas dia.
Ketua Panitia Vestival Tari Daerah Kabupaten Muaraenim, Karmidi SPd mengatakan, jumalah sanggar binaan dinas pendidikan sebanyak 18 sanggar di 17 Kecamatan, dan yang ikut vestival malam ini ada 16 sanggar.
“Kita selama ini membina 17 sanggar, yang tersebar di 16 Kecamatan yang ada, dan kegiatan ini merupakan kegiatan rutin dilaksanakan setahun sekali,” Kata Karmidi.
Seharusnya kegiatan ini digelar di GOR Pancasila, namun karena masih banyaknya kegiatan di Gor tersebut, sehingga kegiatan ini di alihkan ke Hotel Gerya Serasa.
“Kalau dilaksankan dilapangan sebenarnya lebih menarik dan penontonya ramai, namun karena kondisi dan situasi yang tak memungkinkan sehingga kita alihkan ke sini,” Ujar dia.
Editor : Ivi Hamzah