Laporan : Bakrun SD
GEMAS, LAHAT – Suatu ketika saat mengikuti Bursah Zarnubi Calon Bupati Lahat untuk sebuah acara, kendaraan dihentikan untuk membeli sesuatu, di warung pinggir jalan, Bursah Zarnubi turun dan berbelanja sesuatu.
Bursah Zarnubi lebih memilih berbelanja di warung kecil daripada berbelanja di Mini Market serba ada yang berada tak jauh di samping warung tersebut.
Ternyata bukan tanpa alasan Bursah melakukan hal itu, mengapa diwarung kecil bukan di Mini Market, dengan singkat Bursah ZARNUBI menjawab, tujuannya adalah membangkitkan perekonomian dan silaturahmi.
“Semua barang memang terpampang. Tapi, hampir tak ada interaksi kemanusiaan. Apalagi pertemanan dan persaudaraan. Bertahun-tahun kita menjadi pelanggan, yang bahkan dibuktikan dengan “kartu pelanggan”, tapi sungguh penjualnya tetap tidak kita kenal. Bahkan pelayanpun kita tak tahu siapa, apa dan bagaimana kehidupan mereka. Komunikasi hanya dengan “pelayan”, ingat bukan “penjual”. Dan hanya seputar transaksi saja. Itupun sekarang diwakili dengan tulisan. Untuk itu, berbelanja lah di warung tetangga,” ajak Bursah.
Sementara, ia menambahkan, ketika hendak membeli sesuatu di warung terdekat milik tetangga jelas akan terasa berbeda.
“Sementara ketika kita membeli di warung tetangga, selain dekat, juga ada interaksi sosial kemasyarakatan yang akrab. Ada obrolan, bukan sekedar transaksi barang yang menghilangkan nilai sosial kemanusiaan kita. Kita jadi tahu, kenal dan dekat dapat silaturahmi dengan masyarakat dan lingkungan. Komunikasi beginilah yang manusiawi. Yang menghubungkan antar orang, komunitas dan masyarakat. Bukan sekedar barang, angka penjualan dan plastik kemasan,” terang putra Kikim Area ini.
“Membeli di warung tetangga akan menumbuhkan kekuatan ekonomi keluarga itu. Kita jadi berperan bagi tegaknya ekonomi dan ketahanan sebuah keluarga. Suami, istri dan anak-anaknya. Dan mereka, berperan sebagai penjual bukan pelayan,” lanjut pria berkumis ini.
Dikatakan Bursah, berwirausaha bukan sekedar menjadi pelayan dari para pemilik modal kapitalis liberal yang berdalih seragam karyawan. Bayangkan, sampai umur berapa toko-toko modern mau mempekerjakan para pelayan ini? Cuma saat usia muda saja. Sedang dengan menjadi penjual sebenarnya mereka akan terhidupi bahkan sampai anak-anak mereka dewasa.
“Ya benar, dengan membeli kebutuhan sehari-hari, maupun mingguan di warung atau toko tetangga, kita telah membantu menggerakkan pundi-pundi ekonomi sebuah keluarga. Untung lima ratus rupiah untuk setiap produk yang terjual, Insyaa Allah peruntukannya jelas bagi masa depan putra-putri pemilik warung, hari tua pemilik warung, hingga karyawan yang biasanya berasal dari warga sekitar,” ujarnya.
Namun, Bursah menilai, jika semua orang mulai meninggalkan toko dan warung tetangga, lalu darimana keluarga yang mengandalkan penghasilan dari toko memperoleh pendapatan? Yang besar akan semakin besar, yang kecil akan semakin tenggelam.
“Ayo Bersilaturahmi, Ayo Belanja di warung tetangga, sebagai salah satu membangkitkan perekonomian umat. Ayo Menata Kota dan Membangun Desa,” ajak Bursah
Editor : Riadi