PAGARALAM, Ampera Sumsel – Menindaklanjut hasil sosialisasi penyebaran informasi, yang diadakan Balai Besar POM Palembang belum lama ini, Ketua TP-PKK Kecamatan Pagaralam Selatan, Ermiza Helmi berencana untuk mengadakan penyuluhan dikhususkan bagi ibu-ibu penjual jamu gendong di Kota Pagaralam. Selasa (29/11).
“Kita sangat prihatin sekali dengan masih banyaknya penjual jamu gendong menjual obat tradisional mengandung Bahan Obat Kimia (BOK), yang diambil bukan dari distributor resmi. Jadi, ke depan kita berencana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu penjual jamu gendong tentang obat tradisional ini,” jelas Emirza.
Obat tradisional sendiri kata Emirza, masih banyak dipakai masyarakat yang masih belum banyak paham dengan kode dan aturan-aturan yang disampaikan Balai Besar POM. “Selaku konsumen kita harus lebih berhati-hati, jangan pernah terkecoh dengan iklan jamu yang tokcer,” katanya.
Karena hal ini, sambung Emirza, jamu yang tokcer itu mengandung BOK yang ada di dalamnya, mengingat BOK yang ada di jamu tersebut tidak tahu mutu dan kualitasnya dan tidak pernah melakukan uji maupun takaran. “Namanya jamu itu tidak bisa dicampur BOK,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Balai Besar POM Palembang, Drs Arnold Sianipar APT MPHARM, melalui Kasi Layanan Informasi Konsumen, Gustini SKM MKes dalam penyuluhan informasi obat tradisional dan kosmetik mengatakan, hingga kini di Kota Pagaralam masih banyak obat tradisional mengandung BOK serta alat kecantikan kosmetik mengandung bahan berbahaya merkuri yang ditemukan di Kota Pagaralam.
Diterangkan Gustini, berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, masih banyak sekali ditemukan obat tradisional mengandung BOK yang dengan mudah ditemukan, baik di toko maupun langsungfreeline pada masyarakat berada di pinggiran Kota Pagaralam.
“Tukang jamu ataupun tukang kosmetik datang ke rumah door to doormenawarkan obat tradisional yang tidak memenuhi syarat, dan mengakibatkan gangguan kesehatan dan begitu besar presentasinya di Pagaralam. Terlebih Pagaralam kota yang dingin. Jadi untuk rematik dan encok kerap menyerang masyarakat Pagaralam,” jelasnya.
Dengan kondisi demikian ini, kata Gustini, menjadikan produsen yang nakal dan tidak bertanggungjawab memberikan dan menjual obat tradisional yang ‘tokcer’.
“Karena itu, kita imbau kepada masyarakat untuk hati-hati dengan obat tradisional yang mengatakan khasiat tokcer. Mengingat, khusus jamu tidak ada yang tokcer. Kalau jamu itu adalah tokcer, sudah dipastikan itu bukan jamu, tapi racun yang bisa merugikan kesehatan,” serunya. (Dian)